Tampilkan postingan dengan label Teriakan dari hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teriakan dari hati. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Oktober 2012

Kita belum kalah


Kita pernah terbakar
Oleh dendam yang paling kelam
Jadi mangsa ribuan serigala
Dijebak dalam labirin muslihat

Sementara para penghianat membelakangi wajah kita
Menertawakan luka kita yang belum sempat mengering

Tapi
Kita belum kalah

Mengalirlah!
Walau harus ke muara tempat berlabuhnya semua derita
Jangan berhenti!
Walau akan sampai ke tanah orang mati

14-10-2012 / 01.59
Ahmad Farhan

Selasa, 09 Oktober 2012

Terbuang


Noktah tercecer
Di hinakan untaian kata hampa
Diperbudak kelentikan pandangan palsu
Sia-sia digerogoti rayap elok berparas
Namus menggores, menyayat terpejam
Serupa ceramah dalam kubangan lumpur

Dengarkan dan camkan!
Jangan kau ketuk atau sekedar ditatap
Punggungi saja dan terus dihinakan
Maka, titahmu abadi
Ragam eloknya yang semu
Remuk!

Bandarlampung
HMJPBS, 09-10-2012 
Tio Margono

MALAM INI GELAP


Gelap yang kueja pada tanah basah
Sedari sore tadi
Pada usia, kusematkan rasa
Mungkin mesin waktu masih di buat
Ah, khayalan ini mematahkan aku

Lalu aku diam
Lantas kembali pada satu-satunya
Tempatku
Untuk meninggalkan patahan; Doa

Bandarlampung
HMJPBS, 09-10-2012
Tio Margono

Senin, 01 Oktober 2012

Mbel Gedes


Apa kabarnya kalau kita berisik?
Tetangga kian terusik dengan lirik
Dan musik yang kita anggap menarik

Ketuk pintu dan pekik menjadi hiasan tersendiri
Di ruangan sempit ini
Yang disana mendelik
Yang disitu menjerit

Lalu
Kalau mereka yang berisik?
Empat sampai Lima tanda tanya
Menggantung di telinga kita

Zaman edan
Zaman berubah, perilaku belum berubah
Manusia dan perilaku berubah “-(Rubah)-“
Lagi
Berubah “-(Rubah)-“

01-10-2012 R S J

Bising (Untuk Tetangga Sebelah)


Kucari itu; inspirasi untuk puisiku
Yang terbengkalai di atas lantai
Kata-kata berserakan di tepi dinding
Bait demi bait pun tersapu oleh angin

Kata-kata telah kehilangan makna
Dan tangankupun tak lagi menggenggam pena
Ingin kutelan waktu agar berhenti beberapa jenak
Untuk kucari inspirasi yang sempat terbenam

“Jika kata tak lagi bermakna,
Lebih baik diam sajalah”,
Hanya sembila patah kata itulah yang
Meluncur dari mulut seorang pelacur
Digerbong yang tak terpakai

Kalau saja pelacur itu adalah inspirasi
Bagi puisi ini, maka akulah yang akan
Mengulum kata demi kata diujung lidahnya
Hingga air liurku mengguyur malam
Dan melahirkan pelacur-pelacur baru

                Sekret HMJPBS, 01-10-2012
Tio Margono

Selasa, 25 September 2012

Versus


Terpandang wajah kusam nan kelam
Rambut panjang tak terikat terurai
Lusuh tak tersentuh tetesan hujan
Tubuh kering bak tanah tandus
Yang tak ditumbuhi tanaman

Satu sandang siang malam
Trotoar kecil jadi papan
Angin malam mendekap
Jadikan tubuh kering menggigil

Jauh kaki melangkah
Butiran beras
Tetesan air
Tak ditemui

Mereka palingkan wajah
Mencibir bibir merekah
Duduk merdeka di atas tubuh kering
Seraya mengakak

Lapar tak jadikan iba
Haus tak jadikan iba
Haus tak buat hati tersentuh
Tapi, lagi-lagi duduk merdeka
Dan mengakak

Sekret HMJPBS FKIP Unila
25 september 2012